Senin, 29 Juni 2015

127 Hours merupakan film kisah nyata tentang perjuangan untuk bertahan hidup seorang pemanjat tebing yang tragis bernama Aron Ralston. Terdapat sistem-sistem psikologi manusia yang bekerja pada tokoh utama yang menjadi titik tumpu para penonton. Di dalam film ini banyak sekali berkaitan dengan berbagai teori-teori perkembangan seperti teori behavioristik, humanistik, psikoanalisa, kognitif, dan lain sebagainya.

Film 127 hours bercerita tentang seorang pecinta alam, tepatnya seorang pecinta tebing yang pergi menikmati keindahan tebing seorang diri, di sekitar daerah grand canyon USA. Dalam hal ini berkaitan dengan salah satu ciri dari teori psikososial yaitu identitas vs kekacauan identitas, dimana seseorang mencoba melakukan hal-hal yang membuatnya berusaha mendapatkan identitas diri termasuk melakukan hobi-hobi ekstrimnya yang menantang aspek fisik dan mental.
Di akhir pekan seorang Aron Ralston merencanakan untuk pergi suatu tempat di Grand Canyon dengan mencoba rute baru yang bisa mempersingkat waktu untuk kesana. Aron Ralston telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk pergi, dari peralatan mendaki, logistik makanan dan minuman, dan juga handycam serta camera digital. Dimulai dari perjalanan dengan menggunakan mobil pada malam jum’at, 25 April 2003, yang kemudian keesokan harinya dilanjutkan dengan menggunakan sebuah sepeda gunung karena medan yang tidak memungkinkan lagi untuk menggunakan mobil. Dengan berbekal kamera dan handycam, Aron terus menelusuri jalan kering berdebu tanpa ada tumbuhan hijau sama sekali. Ketika sampai di grand canyon dan ingin segera ketujuannya Aron Ralston bertemu dengan 2 perempuan yakni Megan dan Kristi yang sedang tersesat, karena Aron Ralston sudah sering dan tau dengan daerah tersebut akhirnya Aron Ralston menemani mereka terlebih dahulu untuk pergi ke suatu tempat yang Megan dan Kristi cari. Setelah sampai di daerah tujuan, mereka berpisah antara Aron dan kedua perempuan tersebut. Dan Aron pun melanjutkan perjalanannya kembali.
Pada akhirnya sampailah Aron pada sebuah celah tebing yang sempit, dia mencoba untuk memasuki celah sempit tersebut dengan kelincahan tangan dan kakinya. Sesekali dia meraba, merasakan dan menikmati tekstur dinding-dinding tebing yang indah.
Disinilah awal mula munculnya konflik, dimana Aron masuk ke dalam celah tebing yang lebih dalam, namun tanpa disangka batu kira-kira dengan diameter 1 m yang digunakan sebagai tumpuan pegangannya terjatuh. Jatuhlah dia ke dasar celah tebing yang dalam, sebenarnya jatuhnya itu tidaklah seberapa namun yang jadi masalah adalah tangan kanannya tersangkut batu besar berdiameter ±1 m tadi. Aron mulai mencari cara untuk melepaskan tangannya yang terhimpit batu, Aron mencoba mendorong batu tersebut dengan sekuat tenaga, namun semua itu sia-sia, batu itu tidak bergerak sedikitpun. Teori perkembangan kognitifnya mulai bekerja disaat ia mengeluarkan segala peralatan yang di bawanya ke hadapannya tepatnya di atas batu besar yang menghimpit tangan kanannya. Ia mulai berpikir keras mencari cara untuk melepaskan tangannya dari himpitan batu, satu demi satu peralatannya mulai dikeluarkan, dan akhirnya Aron pun mengambil sebuah pisau kecil dan mencoba mengikis batu tsb. Teori behavioristik bekerja, dimana adanya conditional learning yang membuatnya berusaha keras mengikis batu tsb. Di saat ia mengikis tidak sengaja pisau yang digunakannya terjatuh ke dalam celah tebing yang sulit dijangkaunya, teori kognitif lagi-lagi bekerja pada saat ia berusaha mengambil pisau yang sangat sulit untuk dicapainya, potensi intelektual bekerja hingga pada akhirnya ia menggunakan sebatang kayu kecil sebagai pengait untuk mengambil pisau tsb. Setelah mendapatkan pisau tsb, ia tertawa. Hal ini menunjukkan sikap unconsciousness, yang mana sikap ini merupakan sikap yang terjadi secara tidak disadari. Kemudian ia lanjut mengikis batu tsb hingga malam hari. Di malam hari ia berhalusinasi dan teori preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, yang berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Tepat pada jam 12 malam, ia mencari akal bagaimana caranya untuk tidur dalam keadaan tangan terhimpit, kemudian ia mengaitkan tali pengerek yang disangkutkan ke batu-batu besar yang ada di sekitarnya. Pengasahan intelegensi berupa teori kognitif sangat bekerja dalam hal ini.
Minggu, 26 April. Celah yang begitu dalam membuat Aron sulit dijangkau sinar matahari, dan kala pagi menjelang, Aron berusaha mencapaikan kakinya pada sinar matahari yang nyaris tak menjangkau badannya. Kemudian ia meraba tekstur batu secara perlahan dan mengingat masa kanak-kanaknya, terdapat teori unconscious yang mana tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis dan insting. telah 24jam ia tejebak dan persediaan air yang dibawanya hanya tinggal sekitar 300-400ml. Disaat malam ia teringat akan janji makan malamnya bersama Kristi dan Megan, ia membayangkan ia datang ke acara tersebut dan meneguk minuman segar, ia bernyanyi lagu Scooby-Doo seolah-olah ia menikmati acara yang dibayangkannya tersebut, hal ini berkaitan dengan teori unconscious. Ketika ia tersadar dari khayalnya, ia melihat persediaan air yang semakin menipis yang kemudian ia minum sedikit. Adanya stimulus internal berupa haus yang luar biasa membuatnya mengambil softlense yang dipakainya lalu dimakannya, munculnya stimulus yang diikuti respons ini menunjukkan adanya teori behavioristik. Ia teringat disaat ia mengabaikan telpon dari ibunya dan ia sangat merasa menyesal.
Senin, 27 April. Terori kognitif mulai berperan disaat ia berusaha mengangkat batu yang menghimpit tangannya dengan cara mengaitkan tali pengerek yang dibawanya, ia menarik tali dengan sekuat tenaga namun segalanya sia-sia. Disaat ia mulai lelah, ia membayangkan air akibat rasa hausnya. Ia membuat video dan menceritakan tentang peralatan yang seharusnya ia butuhkan serta tim penolong untuk membantunya keluar dari celah tebing tsb. Air yang tersisa di botolnya hanya ± 150ml. Ia terpaksa menampung air kencingnya di dalam kantong sebagai persediaan sekiranya ia kehabisan air. Pada hal ini mucul teori kognitif kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang serta adanya teori behavioristik karena adanya stimulus respon berupa rasa haus yang luar biasa. Ia kembali mendokumentasikan segala penderitaan yang dialaminya dengan seolah-olah ia bercerita kepada teman-temannya. Hingga akhirnya ia mengikat tangannya dengan tali pengerek yang dibawanya sekencang mungkin dengan tujuan untuk membuat tangannya mati rasa, teori kognitif bekerja, kemudian ia mencoba memotong tangannya, namun ternyata pisau yang digunakannya tumpul sampai-sampai ia menghina pisau tumpul buatan cina yang dibawanya, ia terus berusaha mencoba memotong tangannya hingga terluka, terjadi teori psikoanalisa yang mana adanya kekuatan bawah sadar yang memotivasi perilaku manusia. Ia terus mengingat masa lalunya bersama keluarga, ia teringat akan ibu, ayah, dan adiknya, serta pacar dan teman-temannya. Ia bermimpi datangnya banjir dan membebaskan tangannya dari himpitan batu, bertemu dengan pacarnya dan meminta maaf, namun sayang sang pacar tak lagi mau memaafkannya. Hal ini berkaitan dengan teori unconscious.
Selasa, 28 April. di pagi hari ia melakukan hal bodoh dengan mendokumentasikan dirinya seolah-olah berada pada suatu acara reality show, saat itu dia mengungkapkan kesalahan pada ibunya karena tidak berpamitan saat ia mau pergi, flashback ke masa lalunya, rekan kerja, ayah ibu, dan semua yang membuat unconscious bekerja.
Rabu, 29 April. Ketika airnya habis ia nekat menusuk tangannya sendiri dan meminum darahnya, merasa belum cukup ia nekat meminum air kencing yang ditampungnya beberapa hari yang lalu, terdapat teori psikoanalisa dimana adanya kekuatan bawah sadar yang memotivasi perilaku, dan juga teori behavioristik karena terdapat stimulus internal berupa rasa haus yang merangsangnya untuk melakukan hal tersebut. Teori preconsciousness juga terjadi disaat ia menulis namanya di batu dengan tulisan RIP Aron Ralston, berhalusinasi mendengar suara-suara aneh, tentang Blue John, pacarnya, keluarga, bahkan tentang batu yang saat itu menghimpit tangannya. Ia sempat memutar video yang ada di handycamnya tentang Kristi dan Megan saat kedua perempuan tersebut mandi di dalam gua yang jernih airnya, dan pada saat itu nafsunya terpancing untuk melakukan hal yang berbau seks, namun adanya Teori perkembangan kognitif Piaget yaitu kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme membuatnya mampu mengendalikan hawa nafsunya. Rasa haus yang sangat menyiksa, cuaca panas, dan nafas yang sudah sangat menyesakkan membuatnya pingsan dan tertidur hingga akhirnya sampailah pada puncak tragedi yang dialami tokoh Aron dimana saat terbangun ia bertindak tanpa berpikir panjang dikarenakan kondisi yang memang sudah benar-benar memaksakannya untuk tidak mati di dalam tebing, ia mulai mematahkan tulang tangannya terlebih dahulu, yang kemudian ia tertawa setelah ia mematahkan tulangnya, teori unconscious berperan. Di dasari dengan teori psikoanalisa dan teori behavioristik tepatnya conditional learning, yang intinya pelaku melakukan hal dikarenakan factor situasi, kondisi, dan kekuatan bawah sadar yang kian mensugesti dirinya untuk melakukan hal-hal ekstrim dengan memotong daging tangannya secara perlahan-lahan, sayat demi sayatan dilakukannya pada daging tangan hingga sampai urat-urat dalamnya. Setelah lama berusaha keras memotong tangannya, akhirnya ia berhasil lepas dari jeratan batu yang selama ini menahannya, ia membalut tangannya, dan kemudian sebelum pergi ia memoto potongan tangan yang masih terhimpit batu besar tsb. Ia terus berjalan meninggalakan tebing tersebut, setelah sampai di luar ia tertawa puas atas segala usahanya mencoba untuk keluar selama ini, teori bawah sadarnya bekerja. Hingga ia melihat air di bawah jurang dan menemukan besi pengait untuk tali pengerek, ia bahkan sampai mencium besi tersebut karena sangat bahagianya, kemudian ia turu secara perlahan, dan menjatuhkan diri di air yang bahkan bisa dibilang tidak baik untuk dikonsumsi, namun akibat haus yang hebat dan tingkat kesadaran psikisnya yang sudah tidak beraturan membuatnya tak peduli dengan lingkungan sekitar. Dan akhirnya pun ia berjalan dan menemukan orang yang kemudian menyelamatkannya, dengan bertandu helicopter Aron pulang dengan tangan tak lagi seperti semula.
Dari sinilah kemudian dapat diketahui maksud dari judul 127 hours (sekitar 5 hari lebih 7 jam), itu adalah waktu lamanya Aron terjebak tanpa daya upaya karena tangan kananya tersangkut disebuah batu besar. Banyak tekanan-tekanan psikologi yang dialami Aron, pertikaian pemikiran keras yang kian mendesaknya akibat situai kondisi yang menyiksa, serta mental yang begitu kuat hingga akhirnya ia berani memutuskan untuk melakukan hal yang tidak sewajarnya dilakukan manusia pada umumnya. Hikmah yang dapat kita simpulkan dari film ini adalah sekuat-kuatnya, sehebat-hebatnya, sepintar – pintarnya seseorang pasti tetap saja membutuhkan orang lain karena kita manusia adalah makhluk sosial.